KARYA ILMIAH
"TAWURAN ANTAR PELAJAR"
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena anugerah-Nya saya selaku
murid dari Ibu Isnaini dapat menyelesaikan karya ilmiah sederhana ini. Saya
akan menyampaikan karya ilmiah yang bertemakan “Tawuran Antar Pelajar”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Saya sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan tugas yang menjadi tugas terakhir yang
diberikan oleh Ibu Isnaini dikelas 9 ini. Disamping itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini berlangsung. Saya
juga sangat berterima kasih kepada Ibu
Isnaini yang telah mendidik saya ikelas 9.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga
karya ilmiah sederhana ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Mohon maaf
bila ada kata-kata yang kurang jelas. Saya juga masih belajar dalam membuat
karya ilmiah ini.
Jakarta,
6 Maret 2017
Daftar
Isi
Cover …………………………………………………………………………. 1
Kata Pengantar……………………………………………………….……..... 2
Daftar Isi……………………………………………………………………… 3
Bab I Pendahuluan
a.
Latar Belakang………………………………………………………… 4
b.
Rumusan Masalah …………………………………………………….. 4
c.
Tujuan Penulian….……………………………………………………. 4
d.
Manfaat Penulisan …………………………………………………….. 4
Bab II Pembahasan
a.
Pengertian Tawuran…….…………………………………………….. 5
b.
Faktor Penyebab Tawuran…….……………….……………………… 7
c.
Dampak Tawuran Antar Pelajar ………….…………………………… 8
d.
Upaya / Solusi Mencegah Tawuran ….………………………………...……. 9
Bab III Penutup
a.
Kesimpulan ………………………...…………………………………. 11
Daftar Pustaka………..………………………………………………………. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya
tingkah laku agresif yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah
kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya
masih dibawah umur ini sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan
keluar dari masalah ini. Biasanya para pelajar yang melakukan tawuran akan
merasa bangga dengan perilakunya tersebut.
Banyaknya
tawuran antar pelajar di kota-kota di Indonesia khususnya di Jakarta merupakan
fenomena menarik untuk dibahas. Perkembangan teknologi yang terpusat pada
kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku
agresif yang dilakukan oleh remaja kota. Banyaknya tontonan yang menggambarkan
perilaku agresif dan games yang bisa dimainkan di play station atau komputer
diduga bisa mempengaruhi perilaku. Inti dari pengaruh kelompok terhadap
agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas
antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang
sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok
lain.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari tawuran antar pelajar?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadi kasus tawuran antar pelajar?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar pelajar?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam arti dari tawuran, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar dan dampak yang ditimbulkan dari tawuran,
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadi kasus tawuran antar pelajar?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar pelajar?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam arti dari tawuran, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar dan dampak yang ditimbulkan dari tawuran,
D. Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai fenomena tawuran pelajar di berbagai daerah di Indonesia, serta mengetahui faktor penyebab, dampak negatif dan upaya menanggulangi tawuran pelajar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawuran Pelajar
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
- Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
- Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Tawuran adalah
perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat.
Tawuran adalah
suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok
atau suatu rumpun masyarakat.
Tawuran adalah
salah satu bentuk kenakalan remaja,
yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat
mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari (1) aspek
perilaku yang melanggar aturan atau status, (2) perilaku yang membahayakan diri
sendiri dan orang lain, (3) perilaku yang mengakibatkan korban materi dan (4)
perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang
dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah
yang berbeda. Tawuran terbagi dalam
tiga bentuk: (1) tawuran pelajar
yang telah memiliki rasa permusuhan secara turun temurun, (2) tawuran satu sekolah melawan satu
perguruan yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah dan (3) tawuran pelajar yang sifatnya
insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan sebagai perkelahian massal yang
adalah perilaku kekerasan antar kelompok pelajar
laki-laki yang ditujukan kepada kelompok pelajar
dari sekolah lain.
Tawuran pelajar
adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia.
Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran adalah salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya
memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah
daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.
Sepeti baru-baru ini ita tahu ada kasus tawuran
antar pelajar yang menyebabkan tewasnya salah satu pelajar akibat terkena
bacokakkan dari lawan sekolahnya. Lokasi tawuran tersbut tidak jauh dari
lingkungan kita yaitu tepat dibawah flay-over Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Tawuran yang melibatkan dua sekolah yaitu SMK Adhi Luhur dan SMK Bunda Kandung
itu menewaskan satu orang korban dari SMK Bunda Kandung.
B.
Faktor-Faktor Penyebab Tawuran
1. Faktor Internal
a. Kurangnya Didikan Agama
Faktor internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudah bagus, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dan ketika ia sudah merasa bahwa Allah swt selalu mengamatinya setiap saat dan di manapun itu, pasti ia mendapat petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut.
Nabi SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan,maka Allah akan memahamkan dia tentang agama”. (HR.Bukhori)
Jadi tidak semua anak mesti cerdas. Jika hanya cerdas namun tidak berakhlak mulia, maka ia akan jadi anak yang nakal dan brutal, apalagi jika ditambah jauh dari agama.
b. Pengaruh Teman
Faktor lain yang masuk faktor internal adalah lingkungan pergaulan yang jelek.
Seperti yang Nabi SAW jelaskan dalam hadits yang artinya : “seseorang yang duduk dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun bertemna dengan pandai besi,jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR.Bukhori)
Hadits ini menunjukan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat member manfaat dalam agama dan dunia.
2. Faktor Eksternal
a. Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua
Saat ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah, orang tua hanya sibuk mencari nafkah sehingga kesempatan untuk bertemu dan tempat curhat bagi anak sangatlah sedikit, terlebih mendapatkan perhatian. Jika yang didapatinya pergaulan yang jelek, akibatnya ia pun akan ikut jadi anak yang rusak dan brutal.
b. Faktor Ekonomi
Biasanya para pelaku tawuran dilakukan oleh golongan pelajar menengah ke bawah. Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasanbahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskansegala ketidakberdayaanya lewat aksi perkelahian. Karena di antara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dianggap jagoan.
1. Faktor Internal
a. Kurangnya Didikan Agama
Faktor internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudah bagus, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dan ketika ia sudah merasa bahwa Allah swt selalu mengamatinya setiap saat dan di manapun itu, pasti ia mendapat petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut.
Nabi SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan,maka Allah akan memahamkan dia tentang agama”. (HR.Bukhori)
Jadi tidak semua anak mesti cerdas. Jika hanya cerdas namun tidak berakhlak mulia, maka ia akan jadi anak yang nakal dan brutal, apalagi jika ditambah jauh dari agama.
b. Pengaruh Teman
Faktor lain yang masuk faktor internal adalah lingkungan pergaulan yang jelek.
Seperti yang Nabi SAW jelaskan dalam hadits yang artinya : “seseorang yang duduk dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun bertemna dengan pandai besi,jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR.Bukhori)
Hadits ini menunjukan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat member manfaat dalam agama dan dunia.
2. Faktor Eksternal
a. Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua
Saat ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah, orang tua hanya sibuk mencari nafkah sehingga kesempatan untuk bertemu dan tempat curhat bagi anak sangatlah sedikit, terlebih mendapatkan perhatian. Jika yang didapatinya pergaulan yang jelek, akibatnya ia pun akan ikut jadi anak yang rusak dan brutal.
b. Faktor Ekonomi
Biasanya para pelaku tawuran dilakukan oleh golongan pelajar menengah ke bawah. Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasanbahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskansegala ketidakberdayaanya lewat aksi perkelahian. Karena di antara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dianggap jagoan.
C. Dampak
Tawuran Antar Pelajar
a. Kerusakan Tempat Tawuran
Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
b. Rusaknya Citra Baik Sekolah
Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan berkurang.
c. Adanya Korban Jiwa
Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu, clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.
d. Dampak Psikis
Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi berhadapan dengan kelompok pelajar.
D. Upaya
/ Solusi Mencegah Tawuran
Walaupun tawuran sudah
menjadi agenda rutin dan budaya da kalangan pelajar, tidak menutup kemungkinan
apabila tawuran bisa dicegah. Upaya untuk mencegah terjadinya tawuran tidak
hanya dilakukan oleh pihak sekolah atau keluarga saja, namun juga semua pihak
yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan
antara lain :
a.
Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan
dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa sedang gencar dialami, sehingga
perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar itu sendiri perlu mengisi waktu
luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan dapat mengembangkan bakat
yang dimiliki, seperti mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, belajar, dan sebaginya.
b. Pencegahan yang dilakukan keluarga antara lain:
• Mengasuh anak dengan baik. ( Penuh kasih sayang, penanaman disiplin yang baik, ajarkan anak membedakan hal yang baik dan buruk, mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab, mengembangkan harga diri anak, menghargai anak jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
• Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
• Meluangkan waktu untuk kebersamaan
• Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
• Memperkuat kehidupan beragama . Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari.
• Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan.
c. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
• Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
• Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas
• Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di antara sekolah-sekolah yang secara "tradisional bermusuhan" itu.
d. LSM dan Aparat Kepolisian LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan tawuran dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
e. Pemerintah berperan menghapuskan tayangan berbaru kekerasan yang merajalela di layar kaca. Sudah tugas negara untuk menjaga mental rakyatnya dari informasi media massa yang merusak.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan, dapat disimpulkan bahwa tawuran pelajar disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Tawuran pelajar member dampak buruk bagi masa depan bangsa dan dunia pendidikan. Upaya preventif merupakan solusi untuk meminimalisir terjadinya kasus-kasus tawuran antar pelajar. Di antaranya ialah:
a. Memasukkan kembali mata pelajaran budi pekerti yang selaras dengan norma-norma agama mulai dari SD samapi SMA.
b. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
c. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
d. Meningkatkan keamanan terpadu antara sekolah,kepolisian dan masyarakat.
e. Memberdayakan guru bimbingan penyuluhan/konseling dan lembaga konseling lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar